Dunia hiburan kerap mengalami transformasi, tak terkecuali serial animasi populer tahun 2000-an seperti Winx Club, yang diangkat menjadi tayangan live action dengan judul Fate: The Winx Saga. Serial ini dirilis oleh Netflix dan langsung mencuri perhatian penonton global, khususnya para penggemar Winx generasi lama. Namun, Fate The Winx Saga bukan hanya sekadar adaptasi biasa. Serial ini membawa nuansa yang lebih gelap, emosional, dan penuh konflik, jauh dari kesan ceria versi animasinya.
Serial ini ditujukan untuk penonton remaja hingga dewasa muda, dengan mengangkat tema identitas, persahabatan, cinta, dan perjuangan melawan kegelapan, yang dikemas dalam dunia sihir modern yang kompleks dan menarik.
Sinopsis Singkat
Fate: The Winx Saga mengikuti kisah Bloom, seorang remaja dari dunia manusia yang tiba-tiba menemukan bahwa dirinya adalah peri. Ia kemudian dikirim ke Alfea, sebuah sekolah sihir di Dunia Lain (Otherworld), tempat para peri dan spesies magis lainnya belajar mengendalikan kekuatan mereka.
Bloom yang masih belum memahami sepenuhnya siapa dirinya, mulai menyelidiki asal-usul kekuatannya yang sangat kuat dan destruktif. Dalam perjalanannya, ia bertemu dengan empat peri lainnya: Stella (peri cahaya), Terra (peri tanah), Musa (peri pikiran), dan Aisha (peri air). Kelima peri ini membentuk lingkaran pertemanan yang menjadi pusat cerita dalam serial ini.
Namun, dunia mereka tidaklah damai. Di balik gerbang Alfea, bahaya mengintai dalam bentuk Burned Ones, makhluk jahat misterius, serta rahasia kelam tentang masa lalu sekolah dan keluarga Bloom.
Perbedaan Besar dari Versi Animasi
Serial ini berbeda jauh dari versi animasi Winx Club yang ceria, penuh warna, dan bersahabat untuk semua umur. Fate: The Winx Saga memilih pendekatan yang lebih gelap dan realistis, mirip dengan suasana dalam serial seperti Harry Potter atau The Vampire Diaries. Tak heran, karena produsernya adalah Brian Young, yang sebelumnya sukses dengan The Vampire Diaries.
Beberapa perbedaan yang mencolok, antara lain:
- Desain Karakter: Tidak semua anggota Winx diadaptasi. Karakter seperti Tecna dan Flora absen di musim pertama (meskipun Flora akhirnya muncul di musim kedua).
- Kostum dan Transformasi: Tidak ada transformasi "magical girl" penuh efek visual seperti di animasi. Para peri lebih mengandalkan sihir alami yang berasal dari emosi dan kekuatan dalam diri.
- Tema Cerita: Serial ini lebih berfokus pada pencarian jati diri, trauma masa lalu, dan pengkhianatan. Gaya narasi yang lebih emosional dan dramatis menggantikan petualangan ringan versi kartunnya.
- Visual Dunia: Alfea dalam versi ini lebih menyerupai asrama bergaya gothic daripada sekolah sihir penuh warna. Atmosfernya cenderung gelap dan misterius.
Karakter-Karakter Utama
1. Bloom (Abigail Cowen)
Peri api yang kuat, namun impulsif dan penuh emosi. Pencariannya atas identitas asli dan masa lalunya menjadi pusat konflik utama dalam serial.
2. Stella (Hannah van der Westhuysen)
Putri kerajaan Solaria dan peri cahaya yang awalnya arogan, namun perlahan membuka sisi rentannya.
3. Terra (Eliot Salt)
Peri tanah yang ramah dan mencintai tanaman. Ia merupakan versi adaptasi baru dari karakter Flora yang muncul kemudian.
4. Musa (Elisha Applebaum)
Peri pikiran yang bisa merasakan emosi orang lain. Cenderung tertutup karena kemampuannya sering membebaninya secara emosional.
5. Aisha (Precious Mustapha)
Peri air yang atletis dan perfeksionis. Ia menjadi teman pertama Bloom di Alfea dan sering menjadi suara rasional dalam kelompok.
6. Sky (Danny Griffin)
Salah satu spesialis (petarung non-peri) yang memiliki hubungan dekat dengan Bloom. Ia juga dibebani konflik dengan ayah angkatnya, Silva.
Cerita dan Perkembangan Musim
Musim Pertama (2021)
Musim pertama memperkenalkan dunia Alfea dan latar belakang karakter-karakternya. Fokus utamanya adalah kebingungan Bloom atas asal-usulnya dan ancaman dari para Burned Ones. Cerita berkembang saat Bloom menemukan fakta bahwa ia bukan anak kandung dari orang tua manusianya, dan ternyata adalah perubahan dari dunia magis yang disembunyikan.
Musim Kedua (2022)
Musim kedua membawa tensi yang lebih tinggi. Flora akhirnya muncul, dan cerita lebih dalam menggali konflik politik di Dunia Lain. Kehadiran Rosalind yang mengambil alih Alfea menambah dimensi baru, dan kekuatan Bloom semakin tidak terkendali. Di akhir musim, Bloom melakukan perjalanan ke Realm of Darkness, membuka pintu untuk plot yang lebih besar—sayangnya, serial ini dihentikan sebelum musim ketiga.
Kontroversi dan Kritik
Meskipun serial ini memiliki penggemar setia, Fate: The Winx Saga juga tak lepas dari kontroversi, terutama mengenai:
- Whitewashing: Banyak penggemar mengkritik keputusan casting Musa dan Flora. Musa dalam animasi terinspirasi dari aktris Asia, Lucy Liu, namun diperankan oleh aktris kulit putih. Flora awalnya dihilangkan, yang memicu protes karena Flora adalah representasi Latina.
- Kurangnya Transformasi Ikonik: Banyak penggemar animasi kecewa karena tidak ada transformasi sihir yang glamor dan penuh warna.
- Penghentian Serial: Netflix secara resmi menghentikan serial ini setelah musim kedua, yang membuat banyak pertanyaan cerita menggantung tanpa jawaban.
Penerimaan dan Dampak
Serial ini mendapatkan respons yang campur aduk. Beberapa kritikus menilai Fate: The Winx Saga sebagai adaptasi yang berani dan segar, sedangkan sebagian penggemar lama merasa serial ini terlalu menyimpang dari semangat orisinal Winx Club.
Namun, keberanian untuk mengeksplorasi sisi gelap dunia Winx, membangun karakter yang lebih dalam, dan menyentuh isu-isu seperti trauma, tekanan sosial, hingga pertumbuhan remaja, menjadikan Fate memiliki tempat tersendiri di hati para penonton remaja masa kini.
Penutup
Fate: The Winx Saga adalah eksperimen berani yang mencoba membawa dunia fantasi remaja ke arah yang lebih kelam dan emosional. Walau dihentikan prematur, serial ini tetap menjadi pembicaraan hangat di kalangan penggemar dan menciptakan jejak tersendiri sebagai adaptasi yang mencoba mendobrak batas antara nostalgia dan realisme modern.
Meskipun tidak sempurna, Fate membuktikan bahwa dunia sihir Winx masih memiliki daya tarik, bahkan dua dekade setelah pertama kali dikenalkan.